Selasa, 23 Maret 2010

UJIAN NASIONAL TIDAK PELU ADA

Ujian nasional telah mulai pada tahun ini meskipun MA telah menetapkan bahwa UN dihapuskan tapi nyatanya UN tetap berlangsung dan membuat para siswa ketakutan menghadapi. Walaupun UN tiap tahun ada tetapi tetap banyak siswa yang ketakutan menghadapai UN. Tidak itu saja para pengajar juga merasa bingung dalam menyiapkan materi buat anak didik mereka supaya dapat menempuh UN dengan baik. Segala upaya telah dilakukan mulai dari pendalaman umum sampai khusus pun diadakan dalam mempersiapkan UN yang hanya berlangsung kurang dari 6 hari. Padahal persiapan yang dilakukan hampir 3 tahun. Para orang tua menyuruh para anak mereka untuk ikut bimbingan belajar disana sini tanpa memikirkan bahwa mereka lelah setelah seharian belajar dan belajar tanpa ada waktu untuk istirahat hanya untuk memperoleh kelulusan.
Padahal kalau kita pikir dengan baik UN hanya akan menyebabkan faktor psikologis dari siswa terganggu. Mereka merasa takut karena hanya dalam waktu kurang dari 6 hari dari 3 tahun nasib mereka ditentukan untuk dapat lulus atau tidak. Bukan hanya UN saja ukuran untuk mendapatkan kelulusan, karena masih banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan misalnya saja nilai ulangan harian mereka, keaktifan dikelas, perilaku, serta motivasi mereka belajar. Selain itu bukan hanya mata pelajaran tertentu yang menjadi ukuran lulus tidaknya seorang siswa karena ada siswa yang memang pintar pada mata pelajaran itu tetapi banyak juga siswa yang tidak mahir dalam mata pelajaran itu. Jadi tidak bisa mata pelajaran tertentu menjadi tolak ukur suatu kelulusan bagi pelajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar juga menjadi faktor penting dalam menentukan pola pikir atau kemampuan siwa dalam menyerap ilmu itu. Masih banyak sekolah-sekolah yang dengan kondisi seadanya tetap mengadakan kegiatan belajar mengajar sedangkan sekolah-sekolah mewah dengan begitu mudah melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan fasiltas-fasilitas mereka yang begitu lengkap. Sekolah didaerah pedalaman tidak sama dengan sekolah yang berada ditengah kota. Sedangakan UN dari tingakat kota sampai pedalaman sama. Kondisi ini yang menyebabkan siswa-siswa dipedalaman sulit untuk menyerap ilmu mereka dengan fasilitas yang seadanya bahkan gedung sekolah pun ada yang hampir rubuh serta dengan keterbatasan tenaga pengajar. Hal ini dirasa tidak bagi siswa di daerah pedalaman karena mereka harus mengerjakan soal-soal UN yang sama dengan mereka yang berda di puasat kota atau kota dengan fasilitas yang begitu mewah bahkan gedung mereka berdiri mewah serta dengan tenaga pengajar yang banyak dengan kemampuan diatas rata-rata.
Belum lagi dengan pelaksanaan UN yang banyak terjadi kecurangan-kecurangan mulai dari siswa bahkan melibatkan guru serta pejabat-pejabat terkait. Dengan hal ini pelaksanaan UN harus dikaji secara serius, karena pelajar akan menjadi korban dari ketidak tegasan dari pemerintah. Dan jangan sampai para pelajar hanya menjadi kelinci percobaan bagi pemeritah untuk mencapai sistem pendidikan yang cocok bagi Indonesia. Hal ini akan menyebabkan psikologis siswa tergangu bahkan ada yang putus asa dan bunuh diri. Hal ini harus menjadi kajian dari pemerintah pusat hingga daerah dan peran serta masyarakat. Pemerintah harus melihat kondisi sekolah-sekolah yang ada dipedalaman jangan hanya dkota saja sehingga jelas tergambar bahwa ternyata pendidikan di Indonesia itu bobrok. Banyak gedung sekolah yang hamper hamncur, tenga pengajar yang terbatas serta dibawah rata-rata berbeda jauh dengan keadaan dikota.
Sebaiknya UN tidak dolaksanakan terlebih dahalu sebelum masalah-masalah yang dianggap kecil seperti itu belum dibenahi. Karena walapun kecil akan berdampak besar bagi pendidikan di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar